Dakwah Sekolah Siaga Satu

image
widocepakarawih.com

Perkenalkan, nama saya Dela.
Belum genap satu tahun saya menjadi seorang pendidik di sekolah. Ya, saya memang belum menjadi seorang pendidik profesional seperti para senior, tapi kali ini bukan tentang itu cerita hangat yang ingin saya sajikan. Ini bukan cerita tentang catatan harian, ini adalah muhasabah kecil, bagi diri saya khususnya.

Beberapa tahun sebelum saya menjadi seorang guru, mungkin kita sama..menjadi seorang mentor yang duduk manis bulak-balik kampus-sekolah, dan bertemu adik-adik lucu yang memang sudah Allah pilihkan untuk hadir di lingkaran sederhana kita. Ya, mereka adik-adik yang hatinya Allah pautkan pada masjid.

Sebentar!
Lalu, bagaimana dengan nasib anak sekolah yang nongkrong di warung pinggir sekolah? yang pulang tanpa kabar dan menghilang dari rumah? yang berangkat dari rumah tapi tak datang ke sekolah?
terpikirkah oleh kita?
atau…
mengisi halaqah pekanan saja boleh jadi persiapan kita sangat seadanya, ngurus adik-adik DKM pun cukup membuat kita kewalahan, begitu kah? iya? atau tidak?

sahabat.. hallo sahabat!
sudah mendengar kasus terbaru tentang siswi SMP di bengkulu yang diperkosa oleh 14 anak remaja dan di lempar ke jurang? sudah mendengar kasus siswi yang diarak tanpa sehelai benang hingga siswi tersebut mengalami gangguan psikologis?

kita tau itu hanya sebagian kecil potret carut marutnya generasi saat ini. saya, kini menyaksikan sendiri apa yang terjadi di lapangan, apa yang terjadi di dalam kelas, apa yang terjadi pada sebagian besar anak didik kita, generasi penerus bangsa.
semua itu fakta dan memang ada di hadapan kita. Anak-anak remaja, mereka kehilangan poros kehidupan, mereka terlempar keluar dan mencari perlindungan dengan cara mereka sendiri, mereka yang tertekan dengan kehidupan cenderung berlari pada hal-hal yang merusak diri mereka. Ayah ibunya ada? ada!. Tapi kemana mereka? sebagian besar anak-anak yang kehilangan arah hidup adalah mereka yang ditinggal orang tuanya, orang tua sibuk mencari uang, anak sibuk mencari kasih sayang, dan akhirnya anak di rangkul oleh dunia luar dan dunia maya. Dunia yang meluluh lantahkan moral anak muda.
Gadget, video porno, narkoba, pesta alkohol, dan bahkan pelecehan seksual. Mereka masuk ke dalam lingkarannya, semakin dalam, dan semakin jauh dari lingkungan luar.

Lalu, dimanakah posisi kita?
Dimanakah diri kita saat ini?
Apa yang akan kita lakukan?
Akankah kita selalu berkata, “Tunggu dulu! aku sedang sibuk dengan masalah pribadiku.”
atau..
“Silahkan yang lain duluan, aku merasa belum pantas!”.

Sahabat, saya yakin.. kita pasti menangis melihat kenyataan bahwa remaja kita sedang dalam bahaya besar. Bahkan kekhawatiran itu jauh ada dalam bayangan kita, untuk anak cucu kita kelak.
Tapi, cukupkah ‘menangis’ menjadi jalan yang kita pilih?

Sahabat, mari kuatkan tekad hati jika ia kini mulai melemah.
Seperti yang Allah firmankan dalam Qs Al Muddatstsir : 1-7

“Hai orang yang berkemul (berselimut)”

“Bangunlah, lalu berikanlah peringatan!”

“Dan Tuhanmu agungkanlah!”

“Dan pakaianmu bersihkanlah”

“Dan perbuatan dosa tinggalkanlah!”

“Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.”

“Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.”

Mari bangun dari tidur yang panjang, mari bangun dari tidur yang melenakan. Lakukan! Lakukan apapun yang mampu kita lakukan. Dalam keadaan berat, ataupun ringan.
Bukankah ini semua karena kita yang membutuhkan?
Sungguh, dakwah tak menuntut kita untuk bersama di dalamnya.
Namun kita, akankah tak memiliki sesuatu apapun untuk dibawa pulang ke hadapan Allah swt?


6 respons untuk ‘Dakwah Sekolah Siaga Satu

  1. Dalam konsep pendidikan yg sy tau, lingkaran terdalam sebelum sekolah dan komunitas ada lini yg lebih dalam lagi : keluarga. Memang miris bila liat kenyataan spt yg digambarkan penulis diatas.. Tpi justru sebelum ke guru,, munkinbada baiknya kita lihat bagaimana pendidikan mereka di keluarga? Sudahkan Islam dijadikan pondasinya? Btw,, artikelnya mantap nih… Salam kenal ya… Hehehehe peace

    Suka

    1. Ya betul, saya sangat setuju. Keluarga adalah tahap inti dari seluruh tahapan pendidikan. Bahkan setelah saya coba tarik benang merah dari kasus-kasus remaja, hampir seluruh kasus itu sumbernya adalah “Rumah”.

      Baik itu karena kasus perceraian, selalu ditinggal ortu kerja, dll yg akhirnya mereka anak-anak yg BLAST.

      Sayang seribu sayang.. Mereka terenggut juga oleh pergaulan luar yg ‘mengenaskan’.
      Mereka terlanjut ‘tersibghoh’ oleh kawan-kawan yg salah dan kemajuan teknologi yg tak dpt dikendalikan oleh nafsu.

      Boleh jadi..sangat boleh jadi, kita “kalah curi start” dalam merangkul mereka. #hiks
      *versi sedih aktivis dakwah yg cinta dunia*

      Disukai oleh 1 orang

      1. Hehehe “kalah curi start” tapi banyak yg bilang, tak ada kata terlambat untuk berbenah.. Ibarat nasi sudah jadi bubur,, tpi bagi sebagian orang bubur justru jauh lebih enak dan menyehatkan.. Wkwgwkwk peace ah..

        Suka

Tinggalkan komentar